Tuesday, February 19, 2013

Service Hebat Pijat Plus Otista Bandung (gak nyesel !)

No Telepon Pijat Plus Bandung

Sekedar melengkapi informasi sebelumnya, berikut no telepon dan alamat singkat pijat plus di bandung,.. silahkan dicek dulu yah mungkin saja sudah ada yang pindah

Bunga Indah
Sudirman 551 022-6014113

Dinda
Sudirman 233 022-6014587

Puri Prameswari
Sudirman 536 022-6036056

Flamboyan
Sudirman 481 022-6012317

Studio 549
Sudirman 549 022-6015804

Balebum
Sudirman 509 B 022-6313981

99
Sudirman 188A 022-6013039

Bandung Sauna
Cibadak 229 022-6012790

Cempaka
Cibadak 113-115 022-420227

Indah
Cibadak 245 022-6013875

Citra
Cibadak 117 022-6031652

Purnama
Cibadak 127 022-431131

Rosalina
Cibadak 135 022-6031631

Duta
Dalem Kaum 85 022-435685

Jari Mas
Dalem kaum 96 022-436580

Melati
Dalem kaum 93 022-4431319

Jalasutra
Setiabudi km10 022-215617

Artha Prameswari
Astana Anyar 53 022-6011495

Jaya Lestari
Astana Anyar 338 022-5226183

Sari Ayu
Astana Anyar 60 022-6315948

Aloha / Kristal
Otto Iskandardinata 153 022-439103

Mekar Jaya
Garuda 46-48 022-6015923

Vienado
Mahmud 18 022-6076896

Garuda Jaya
Nurtanio 47-49 022-6030713

Lestari
Kebon Jati 137 022-6078880

Prima
Kebon Jati 159 022-6014970

Rembulan
Kebon Jati 212 022-6013568

Sandra
Kebon Jati 256 022-6012256


Sinopsis: Sudah bukan rahasia lagi bahwa di panti pijat tradisional kita tidak hanya dipijat, tapi lebih dari itu. Untuk pijat plus plus, sebaiknya dipilih wanita yang berdada besar. Mengapa demikian? Mari simak alasannya.

Hallo pembaca! Aku bukan ingin menyaingi Mas Boedoet, Si Peliput Pijat yang telah malang melintang di dunia perpijatan itu. Dia memang "profesional", sedangkan Aku cuma peselingkuh amatiran yang ingin pelayanan seks selain di rumah. Aku juga bukan orang kaya seperti Mas Boed yang dengan mudah mengeluarkan ratusan dollar untuk pelayanan pijat komplet. Aku hanya punya lembaran "Sokarno Hatta", bukan George Washington! Tapi massage service yang Aku dapatkan tadi malam (fresh from the oven, you know) benar-benar memuaskan sehingga Aku perlu share kepada Anda. Tepatnya pelayanan "pijat plus plus" empat babak yang rada unik.

Awalnya, informasi minim yang kudapatkan dari seorang kawan yang tinggal di Jakarta tentang massage service (lebih tepat dibilang sex service, sebetulnya) di suatu tempat di Bandung (busyet, dia yang tinggal di Jakarta malah lebih tahu dariku, dasar aku masih hijau!)
"Namanya 'ANU Message', di jalan Otista, berseberangan dengan Pasar Baru, tarifnya seratusan sejam," katanya.
"Bagus engga cewenya?" tanyaku.
"Loe tahu kan selera gue? Pokoknya engga nyesel."

Dengan agak ragu (masa sih seratusan cewenya yahut?) akhirnya aku meluncur juga ke sana. Tak sulit menemukan tempat ini. Hanya jangan ke sana siang atau sore, macetnya minta ampun. Waktu yang ideal sekitar jam 7 malam, lalu lintas sudah lancar dan belum banyak pelanggan lain sehingga kita leluasa memilih "pemijat". Dari depan tempat ini memang tak menyolok, hanya pintu kaca yang terbuka sebelah. Dengan style yakin --sembari deg-degan-- aku langsung masuk, juga supaya tak sempat ada yang mengenaliku di pinggir jalan raya ini.

Di ruangan yang remang itu ada satu stel sofa yang diduduki 4-5 cewek yang berpakaian serba minim. Sejenak aku menyapu pandangan, setengah bingung. Tapi hanya beberapa detik. Salah satu dari mereka langsung bangkit dari duduknya begitu melihatku.
"Mau pijat Mas, Ayo..!"
Putih, berwajah mandarin, tingginya sedang, "massa depan" (double "s" lho, istilahku untuk buah dada) besar dengan belahan yang terbuka jelas, "massa belakang" yang menonjol ke belakang, rok supermini memamerkan sepasang paha putihnya yang juga... besar. Hasil evaluasiku: cewek ini serba menonjol dan serba besar.
"Ayo Mas, lihat-lihat ke belakang," ajaknya lagi ketika aku masih terpaku.
Digandengnya tanganku, dibawa melalui pintu kaca lagi di belakang ruangan itu.

Kami melewati lorong lumayan panjang yang di kanan-kirinya terdapat pintu-pintu kamar terus ke belakang. Pantat besarnya megal-megol seirama langkah kakinya. Sampai di ujung lorong, dia berhenti di depan jendela kaca nako.
"Silakan pilih," katanya sambil menutup kaca nako itu.
Rupanya jendela ini tempat mengintip ke ruangan besar di baliknya. Kaca nako yang dilapisi "glass film" gelap memungkinkan Aku melihat bebas ke ruangan besar itu tanpa dilihat penghuninya.

Wow! Temanku tak berbohong. Di ruangan besar itu banyak berisi sofa dan di atasnya "tergeletak" belasan "ayam" yang sungguh membuatku menelan ludah beberapa kali. Kebanyakan mereka duduk-duduk sambil nonton TV. Ada yang lagi ngobrol, ada yang berdiri di depan cermin mematut dandanannya. Umumnya, model pakaian yang dikenakannya minim terbuka di dada dan paha. Bahkan cewek yang persis lurus pandanganku duduk acuh celana dalam putihnya "kemana-mana". Hanya beberapa saat di situ mataku sudah menebar ke seluruh ruangan. Hasilnya, bingung! Semuanya menggiurkan.

"Yang mana, Mas?" tanya pengawalku Si Serba Besar ini.
"Entar deh..."
"Si Anu pijitnya enak, Si Itu servicenya jago, Si Ini mainnya yahut..." katanya berpromosi.
Aku tak begitu mendengar ocehannya, lagi asyik meneliti satu persatu cewek-cewek itu buat menetapkan pilihan tubuh yang pas dengan idolaku. Pijit, service, main?
"Servicenya apa aja?" akhirnya aku nanya ke Si Besar, tapi mataku masih ke ruangan.
"Apa aja, terserah Mas aja. Di dalam nanti baru tahu," katanya sok berteka-teki.
Pakaian yang mereka kenakan, terbuka dada dan paha, membantuku untuk lebih cepat menentukan pilihan.

Akhirnya aku menetapkan 3 orang terbaik untuk di observasi lebih teliti. Yang bergaun coklat tua itu... hmmm... Wajahnya cantik, kulit bersih, paha mulus. Sayangnya, buah dadanya tak begitu "menjanjikan". Bukannya kecil sih, masih punya belahan. Hanya Aku ingat pesan kawanku tadi.
"Pilih yang berdada besar," katanya.
"Kenapa?"
"Gak usah banyak tanya, cobain aja."
Untungnya, seleraku memang dada yang berisi. Yang bargaun hitam lebih seksi, body-nya menggitar, face-nya biasa-biasa aja. Dadanya? Hanya dia satu-satunya yang pake gaun menutupi dada tapi membuka kedua bahunya. Cukup menonjol bulat, tapi jangan-jangan itu hanya model bra-nya. Bagiku, indikasi dada montok adalah punya "belahan" atau tidak. Si gaun hitam ini belahannya tertutup.

Yang ketiga, bergaun crem berbunga kecil, agaknya yang paling ideal. Tubuh lumayan tinggi, pinggang ramping paha bersih panjang, dadanya... wow! Dengan gaun model "kemben" (menutup separoh dada horisontal), buah dadanya seakan "tumpah". Nilai plusnya lagi: berambut panjang lurus sepinggang. Tapi aku tak segera menyebut nomornya untuk dipesan. Aku masih menebar pandangan lagi, jangan-jangan ada yang lebih bagus terlewat dari penelitianku.

"Sama saya aja Mas, nanti 'dibody' sebelum main, mau karaoke juga boleh," kata pengawalku tiba-tiba. Aku jadi tertarik sama omongannya.
"Dibody?"
"Iya, body massage."
Body massage, karaoke, dan "main". Ehemmm..!
"Terus?"
"Pokoknya Mas ditanggung puas."
Iya puas, tapi "You aren't my type" kataku, dalam hati tentu saja. Kamu mustinya "menjalankan diet ketat" supaya pinggangmu berbentuk.
"Kalo mereka service-nya sama nggak?" tanyaku.
"Tergantung orangnya sih Mas."

Aku sejenak ragu. Sama dia macam pelayanannya sudah jelas, tapi tubuhnya tak masuk seleraku. Pilih Si "Dada tumpah" pas dengan selera, tapi bentuk pelayanannya belum jelas. Aku kembali menebar pandangan. Rasanya aku tak menemukan "calon" lain sebaik Si Dada montok. Tapi aku mendapatkan informasi lain. Di pojok agak atas tertempel karton di dinding dengan tulisan: "Mulai 1 Juli Rp. 150.000 sejam".
"Pilih yang di dalam juga silakan, gak pa-pa," katanya, kudengar ada sedikit nada kecewanya.
"Kok gak ada tamu lain, sih?" tanyaku sekedar menetralkan.
"Baru jam 7 masih sepi, entar malem rame," jelasnya.

Tak ada pesaing begini memberiku keleluasaan untuk berpikir sebelum memutuskan. Anda jangan coba menimbang-nimbang begini kalau lagi ramai, bisa-bisa pilihan Anda disambar tamu lain.Akhirnya keputusanku bulat, pilih Si Kemben. Keputusan yang agak spekulatif sebenarnya. Tak apalah, ini kan kedatangan pertama, hitung-hitung "belajar". Kusebutkan nomornya pada si Besar ini.

"Yeeen, tamu," teriaknya.
Si Rambut panjang bangkit dan menuju pintu. Ehem, aku tak salah pilih. Secara keseluruhan bentuk badannya oke. Cara jalannya mirip peragawati di catwalk, sehingga sepasang buahnya berguncang berirama.
"Yeni," katanya begitu dia muncul di pintu menyodorkan tangan.
Aku tambah yakin, dadanya benar-benar "menjanjikan". Yeni membimbingku menuju lorong. Tanganku langsung merangkul bahunya, bak sepasang pengantin yang menuju kamar bulan madu.

Begitu Yeni menutup pintu kamar dan menguncinya, Aku menyerbu memeluknya. Mulutku langsung menuju belahan buah dadanya. Menciumi dan menggigit pelan.
"Eh... bentar dong Mas," elaknya ramah.
Aku tak peduli. Kupelorotkan kemben dan branya, bulatan buah dada kanannya langsung muncul. Bulat indah, tak ada tanda-tanda turun walaupun sudah tentu sering dijamah orang. Kuteruskan ciumanku di dadanya, sampai kemudian aku "menyusu".
"Mas ini gak sabaran ya?"
Tak ada nada marah, masih ramah. Pelukan kuperkuat, tangan kiriku turun meremas pantatnya.

"Sabar ya Mas..." katanya melepas pelukan. Aku melepas tubuhnya.
"Pijit dulu aja," sambungnya.
"Udah itu?"
"Mas maunya apa?" tantangnya.
"Maunya service yang memuaskan."
"Yang memuaskan yang gimana?"
"Body massage, karaoke, dan main," serangku, meniru servis Si Besar tadi.
"Boleh. Buka baju dulu dong," perintahnya.
"Bukain," Aku balik memerintah.
"Hi... manja," tapi tangannya bergerak membuka kancing kemejaku, lalu singletku, kemudian ikat pinggangku.
"Ih, udah keras," katanya menggenggam penisku dari luar sebelum memelorotkan celanaku. Yeni berhenti ketika tinggal celana dalamku saja.

"Buka semua dong..!" pintaku.
"Nggak ah, takut. Hi hi... Udah, mas tiduran deh, entar Yeni pijat dulu."
Aku merebahkan tubuhku ke kasur, telentang. Tanpa malu-malu Yeni melepas gaun dan kemudian bra-nya. Buah dadanya memang bulat dan besar. Mungkin terlalu besar untuk ukuran tubuhnya yang tinggi dan langsing. Aku mengamati dadanya sambil tegang. Buah dada kanannya nyaris sempurna, bulat, besar, dengan puting coklat yang kecil. Tapi tak simetris, buah kirinya agak turun, tak bulat benar. Lalu menyambar handuk dan ke kamar mandi.
"Yeni mandi dulu ya Mas..!"
"Ya, cepet ya..!"

Keluar dari kamar mandi Yeni berbalut handuk. Yeni membuang handuknya, hanya bercelana dalam.
"Telungkup dong Mas..!"
Aku membalikkan tubuhku. Yeni menduduki pantatku. Penisku yang tegang terjepit, mengulas minyak ke punggungku, lalu mulai mengurut. Cara mengurutnya kurang menekan, tidak seenak pemijat profesional tentu saja.
"Kamu dari mana Yen?"
"Cirebon, Mas."
Selesai di pinggang dan punggungku, Yeni lalu melepas celana dalamku sambil bilang maaf. Sopan sekali. Aku berbalik. Pandangan Yeni sekilas mengarah ke penisku yang mengacung tegang.
"Hi hi... udah tegang."
"Kamu lepas juga dong..!"
"Okey," dengan tenang Yeni melepas satu-satunya kain penutup tubuhnya itu. Bulu kemaluan lebatnya menutupi seluruh permukaan kewanitaannya.
"Balik lagi, dong..!"

Pantatku dipijat, lalu pahaku. Diurut dari belakang lutut ke atas. Sampai di pangkal pahaku, entah sengaja atau tidak, jempol tangannya menyentuh-nyentuh bijiku.
"Punggungnya lagi dong Yen..!"
Yeni menduduki pantatku lagi, bulu-bulu kelaminnya terasa sekali mengelusi pantatku. Memang inilah maksudku dengan meminta pijat di punggung.
"Katanya body massage..." tagihku.
"Entar dong Mas."

"Dah, sekarang telentang."
Yeni menumpahkan minyak ke dada, perut, dan penisku. Lalu... hup! Dia "berselancar" di atas tubuhku. "Sreeng". Aku bergidik, gemetar karena nikmat. Kedua buah dadanya diusap-usapkan (dengan tekanan) ke dadaku. Lalu turun ke perutku. Ini sih bukan body massage, tepatnya "breast massage". Buah dadanya yang mengkilat berlumuran minyak sering menggelincir di tubuhku. Tiga kali berurutan dada dan perutku "dipijat" buah dadanya, lalu... inilah yang membuatku berdesir kencang. Yeni menumpahkan minyak di telapak tangannya lalu mengoleskan di kedua buah dadanya. Buah itu makin mengkilat, dan putingnya tegang! Lalu, bergantian kiri kanan, buah dadanya memijati kelaminku, mak! Tak itu saja. Diletakkannya batang penisku di belahan dadanya, lalu di"uyek". Yeni menggoyang tubuh atasnya bak penari salsa.

Inilah sebabnya mengapa kawanku menyarankan agar aku memilih yang berdada besar. Sepasang daging kenyal memijati penisku, rasanya bagai terbang. Terbayang kan, kalau dada model "papan setrikaan", bukannya nikmat malah pegel. Aku harus sekuat tenaga manahan diri untuk tidak ejakulasi. Apalagi nampaknya Yeni mengkonsentrasikan tekanan dadanya ke penisku. Untung saja baru kemarin aku "keluar". Kalau tidak, mungkin aku sudah menyiram maniku ke dada Yeni. Kadang aku menghentikan gerakan liarnya, sekedar mengambil nafas panjang. Lalu memerintahkan menggoyang lagi ketika aku sejenak "turun tensi".

"Mau keluar ya?" komentarnya.
Yeni menuruti komandoku. Oohh... cukuplah stimulasi ini, supaya aku bisa menikmati "service" Yeni lainnya. Aku berhasil menahan diri. Yeni bangkit.
"Yuk, cuci dulu Mas," Yeni menghilangkan minyak di dada, perut dan penisku dengan sabun. Lalu dia membersihkan tubuhnya sendiri. Ini memberiku kesempatan untuk mengerem nafsuku yang tadi hampir meledak. Aku menurut saja ketika Yeni megelap tubuhku dengan handuk, lalu merebahkan tubuhku telentang. Mulailah servis ketiga.

Diciuminya perutku, terus turun ke pahaku, kanan dan kiri sampai ke dengkul. Naik lagi menciumi kedua bijiku, bahkan mengemotnya, satu persatu bergiliran bijiku masuk ke mulutnya. Giliran lidahnya menjilati batang penisku, dari pangkal ke ujung. Di sini dia memasukkan "kepala" penisku ke mulutnya. Hanya sebentar, dilepas lagi dan mulai menjilati dari pangkalnya lagi. Begitulah berulang-ulang sampai akhirnya dia melakukan blow job seperti adegan oral sex di film biru. Kembali Aku harus "berjuang" untuk tidak meledak. Lagi-lagi aku harus menyetopnya ketika kurasakan aku hampir muncrat.

Bagian keempat dimulai.
"Pake kondom ya Mas..!"
Maksudku juga begitu. Aku tak mau ambil resiko bermain seks dengan perempuan sewaan begini tanpa pengaman.
"Tolong ambilin di saku celanaku..!"
"Saya bawa kok Mas."
Dengan terampil dia memasangkan kondom di penisku. Berpengalaman dia rupanya.
"Mas termasuk kuat, lho..!"
Ah, ini sih basa-basi standar seorang profesional.
"Ah, bisa aja kamu."
"Bener lho, biasanya baru dibody aja udah keluar."

Aku mencegah Yeni yang mulai menaiki tubuhku. Aku kurang suka dengan posisi di bawah. Membatasi gerakanku. Yeni telentang dan membuka kakinya lebar-lebar. Sambil mengulumi putingnya, aku masuk. Belum sempat aku menggoyang, Yeni duluan memutar pantatnya. Yah, posisi "missionarist" tak perlu diceritakan prosesnya kan? Anda sudah tahu. Kecuali, beberapa kali aku terpaksa menyuruh Yeni diam, agar aku dapat memompa sambil merasakan sensasi gesekan penisku pada dinding-dinding vagina Yeni. Oh ya, ada lagi yang perlu kuceritakan. Ketika aku mengambil "pause" dari gerakan memompa, dengan trampilnya Yeni memainkan bagian dalam vaginanya berdenyut-denyut teratur menyedoti penisku. Rasanya Bung! Susah digambarkan. Semacam "kompensasi" dari lubangnya yang tak begitu erat menggenggam penisku. Maklum, sering "dipakai". Bahkan sampai aku "selesai" dan rebah lemas menindih tubuhnya, Yeni masih memainkan denyutan vaginanya! Aku tak menyesali keputusanku untuk memilih Yeni dibanding Si Serba Menonjol tadi.

"Semua cewek di sana tadi service-nya memang begini ya?" tanyaku membuka kebisuan.
Aku masih menindih tubuhnya, penisku masih di dalam.
"Engga tahu dong, Mas. Cobain aja," ada nada kurang senang yang tersirat.
"Bukan begitu, cuman pengin tahu aja."
"Eh, bener kok Mas, Saya engga ada apa-apa. Tamu kan berhak memilih."
"Mas sering ngeseks ya," kata Yeni ketika dia melepas kondom dan "memeriksa" isinya.
"Keluarnya dikit," sambungnya. Tahu aja lagi dia.
"Jangan kapok ya, Mas..!"
"Engga dong," Serangkaian servis yang disuguhkan Yeni memang memuaskanku.
"Sering-sering ke sini ya..!" Lagi-lagi ucapan basa-basi yang standar.
"Iya dong, kalau ada kesempatan lagi saya ke sini dan pilih kamu lagi."
"Ah engga usah basa-basi, pasti Mas pengin coba yang lain kan..?" Lagi-lagi, tahu aja lagi dia.

Menelusuri Pelacuran ABG di Sejumlah Kota (MALANG)

SISI namanya. Berusia 19 tahun. Anak seorang pengusaha terkenal di Malang dan pengurus salah satu cabang olahraga. Hampir setiap hari nama ayahnya muncul di surat kabar.

Gadis cantik, yang namanya minta dituliskan persis seperti yang tertera di KTP-nya, adalah salah satu ABG ‘papan atas’ di Malang. Bila ‘turun’ ke jalan, ia biasa disapa dengan nama Sisi.

Apa yang kau cari Sisi? “Biar ayah tahu kalau saya sekarang memilih profesi ini. Jual diri,” katanya.

Secara sadar Sisi menyatakan harus melacur untuk membalas perlakuan ayahnya yang amat jarang pulang ke rumah saking sibuknya. Namun dia tidak kan mengobral pengakuan kepada sembarang orang, alasannya biar ayahnya tahu secara alamiah dari mulut ke mulut.

Karena itu pula, dia tidak canggung sedikit pun tatkala kepergok wartawan yang juga amat dikenalnya karena kerap datang ke rumahnya di kawasan elite di Malang. Setelah ibunya meninggal pada 1995 lalu, praktis di rumah sudah tidak ada figur panutan lagi. Jawaban Sisi terbilang klasik: korban broken
home atau kekisruhan rumah tangga seperti halnya ratusan pelacur ABG lainnya. Sisi merasa tidak ada satu pun orang di rumahnya yang bisa dijadikan tempat berlindung. Ia malah merasa terlindung di dalam dekapan
banyak pria yang menyukainya.

Kendati sebagai gadis muda belia yang cantik, Sisi lebih suka berdandan ala kadarnya. Akan tetapi wajah cantiknya tak bisa disembunyikan. Sebagai pelacur ABG, Sisi semula tergolong laris, namun kemudian banyak ditinggalkan pelanggannya karena dinilai terlalu rewel.

Seorang pria yang cukup terpandang di Malang yang pernah beberapa kali membawa Sisi, mengatakan, “Dia selalu minta cepat pulang. Setelah di-booking pukul 12.00 WIB, pukul 17.00 sudah minta selesai dan
cepat-cepat memanggil taksi untuk mengantarkan ke rumahnya.”

Pria berusia 45 tahun itu sengaja memilih Sisi karena gadis tersebut datang dari keluarga terpandang, dan sudah menjadi pembicaraan kalangan atas di Malang.

“Saya sengaja memilih Sisi karena alasan prestise. Ternyata setelah saya rasakan, dia banyak permintaan. Soal duit sih, dia tidak banyak tanya,”  katanya. Disebutkan tarif rata-rata pelacur sekelas Sisi –sebelum
dipotong honorarium GM-nya– Rp 500.000 sekali pakai. Sisi mengaku masih kuliah, “Silakan cek kalau tak percaya,” ujarnya sembari menunjukkan KTM (kartu tanda mahasiswa) sebuah perguruan tinggi kesohor di Malang.

Teman-temannya di kampus sudah banyak yang mengetahui Sisi menjadi pelacur, “Mereka tidak terlalu peduli. Tidak sedikit teman saya yang seperti saya. Kami saling tahu kelakuan masing-masing,” katanya.

Di Malang belakangan ini, memang banyak pelacur ABG yang datang dari kalangan ‘atas’. Sedikitnya, saat ini ada 25 ABG dari kalangan etnis Cina. Seorang gadis bermata sipit menceritakan tentang teman-temannya yang terjun ke dunia ‘hitam’, yang semuanya berasal dari keluarga mampu. “Sebelum ini, ayah saya pengusaha cukup sukses. Entah kenapa tiba-tiba bangkrut,” cerita Lani, ketika ditemui di Dieng Plaza. Ia anak seorang pengusaha di Kediri.

Lani mengaku, sejak bisnis ayahnya bangkrut itulah kiriman uang kuliah di PTN terkenal di Malang tersendat-sendat. Terpaksa, Lani harus melayani pria hidung belang. Rupanya, resesi ekonomi yang mendera Indonesia dua tahun terakhir ikut menggelontor kelompok etnis yang selama ini dikenal paling mapan ekonominya. Bagi Lani, profesi inilah yang mampu menyambung napas hidup kuliahnya. Lani mengaku sekali dipakai dia mendapat bagian Rp 250.000. “Yang Rp 50.000 untuk Mami,” ungkapnya seraya menunjuk perempuan 40-an tahun yang duduk agak berjauhan.

Tapi tidak gampang menemui ABG di Kota Apel itu. Mereka bergerak secara rapi. Lokasi mangkal ABG –di Malang kerap disebut ayam abu-abu (bagi yang terlihat berseragam SMU) atau ayam kampus (khusus bagi pelacur ABG dari kalangan mahasiswi)– bisa ditemui di Plaza Dieng, food court Plaza Sarinah, di samping diskotek My Place, Laguna, dan Djoko Tarub Discoteque di kawasan wisata Batu. “Ada pula yang terang-terangan membuka praktek.

Mereka bisa ditemui setiap saat di Hotel Royal Inn,” ujar seorang GM seraya menyebut beberapa nama hotel. Sisanya, di Hotel Garuda atau penginapan kelas bawah lain, merupakan pelacur profesional berusia 25
hingga 30 tahun. Berbeda dengan ABG di Surabaya yang berani menjajakan diri di tempat terbuka seperti di pinggir jalan –para ‘pemakai’ menyebutnya sebagai pelacur embongan (jalanan)– di Malang hanya bisa
dijumpai di tempat-tempat keramaian seperti pertokoan atau kawasan tempat nongkrong anak muda. Mereka juga bisa ditemui di karaoke, diskotek, atau kafe.

Mereka memanfaatkan radio panggil (pager) bahkan ponsel (handphone) untuk mempermudah transaksi. Mereka rata-rata bergabung dalam induk semang/mami atau germo (GM). Tempat yang paling terkenal adalah kawasan Tlogomas dan Jl Tirtonadi. Ada satu yang tidak beroperasi lagi yakni yang di Jl Bandung
14. Di kawasan wisata Batu, mereka bisa ditemui di Jaka Tarub Discoteque di Hotel Purnama. Masyarakat setempat juga mengenali ABG muka lama atau pendatang baru.

Masih di Batu, ada satu lagi Diskotek Fantasia yang pada Jumat, Sabtu, dan Minggu dijejali ABG. Di sekitar dua diskotek tersebut terdapat ratusan vila yang bisa disewa per jam. Bahkan, harga sewa bisa terbilang sangat murah, kecuali Sabtu dan Minggu. Pada hari biasa harga sewa dalam kisaran Rp 25.000 hingga Rp 100.000 per paro hari. Tidak usah ragu-ragu, karena para penjaga vila senantiasa bersikap proaktif. Mereka juga tak jarang berperan ganda sebagai broker (pialang) atau perantara atas permintaan para ABG. “Kalau akhir pekan mahal. Sebab kita sampai menolak permintaan,” kata seorang penjaja vila di kawasan Songgoriti Batu. Maklum, mereka kebanjiran ‘wisatawan’ dari Surabaya dan Jakarta. Dari mana mereka
berasal? Pengakuannya bisa macam-macam. Kebanyakan mengaku dari Blitar, Kediri, Surabaya, atau daerah lain di Jatim. Tidak sedikit pula yang berasal dari Kalimantan, Sulawesi, dan belahan Indonesia timur lainnya. Tapi jumlahnya tidak bisa mengalahkan yang berasal dari Malang sendiri. (xxx)
NIKMATNYA PERJODOHAN

Setelah lulus dari universitas aku bekerja di salah satu perusahaan swasta terkemuka di jakarta, meniti karir sebagai eksekutif muda yang merupakan impian banyak orang sekarang ini. Semuanya berjalan normal sampai suatu hari, kedua orang tuaku yang sudah berusia senja menyuruhku menikah dengan salah seorang anak dari kerbat mereka. Pernah terlintas di kepalaku untuk tidak menuruti kemauan kedua orang tuaku, tetapi apa lagi yang bisa kuperbuat untuk mereka selain menjalani pernikahan tanpa adanya hubungan rasa cinta sebelumnya.
Namaku Ilham, karena merupakan anak satu-satunya , kedua orangtuaku sangat ingin cepat-cepat memiliki cucu dariku

Wanita itu namanya Ida, dia seumuran denganku dia juga bekerja di salah satu perusahaan swasta sebagai general manager. Hari pernikahan kami berjalan lancar, yang kami berdua lakukan hanya tersenyum dan melambaikan tangan saja sepanjang hari, tidak seperti pasangan lainnya yang sangat antusias dengan perkawinannya kami berdua atau mungkin saya lebih tepatnya malah seolah-olah tidak perduli dengan apa yang terjadi dengan apa yang terjadi hari itu.

Malam pertama kami bisa di bilang sangat aneh,tak ada hiasan pengantin, suasana yang harusnya romantis berubah menjadi sekaku es. Sepanjang malam tidak ada satupun dari kami yang memutuskan untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu. Matahari mulai menampakan diri di ufuk timur, kuputuskan untuk keluar dari kamar ku untuk membuat secangkir kopi di dapur. Setengah jam sudah dan kopi di cangkirku hampir habis,
“gue ke kantor dulu, pulangnya mungkin agak kemaleman” ujar Ida sambil mengenakan sepatu di ruang tengah.
Kata-katanya tidak dapat ku hiraukan, seakan terbawa dalam lamunan banyak hal yang menghantui pikiranku, suara pintu depan kemudian menyadarkanku bahwa wanita yang menyapaku tadi adalah istriku. Waktu terasa begitu lambat berjalan, setelah semua pekerjaanku di kantor selesai kuputuskan untuk pulang dan beristirahat. Setibanya di rumah keadaan sepertinya masih sama seperti dulu saat aku masih membujang, tidak ada yang berubah,….. tiba tiba
“udah pulang kamu?” tanya ida diiringi dengan senyum
“sorry yah tadi gue nggak sempet masak, kita delivery aja yah” sambungnya.
Tanpa berkata satu katapun aku berjalan pergi meninggalkannya, seperti belum yakin kalau semua ini sudah terjadi. Setelah mandi ku nyalakan televisi, tidak lama setelah itu terdengar bunyi bel dari pintu depan, ternyata kedua orang tua kami datang berkunjung.
“eh, kok nggak bilang kalau mau dateng?” tanya Ida kepada kedua orangtua kami sambil menggandeng tanganku,
Tangan Ida terasa dingin, mungkin karena dia baru selesai mandi dan sepertinya Ida belum memakai daleman. Kedua buah dadanya menjepit lenganku,dan entah sengaja atau tidak Ida mulai mengosokan kedua buah dadanya naik turun, sebenarnya kejadian itu sangat aku nikmati namun karena memang pada dasarnya kami tidak memiliki rasa cinta, jadi aku memutuskan untuk bersikap normal.
Kunjungan kedua orang tua kami berakhir pukul 23.30 malam, kejadian tadi membuatku bingung harus bersikap seperti apa. Seumur hidup baru pernah aku diperlakukan seperti tadi, bisa saja kejadian tadi kunikmati, tetapi Ida bukanlah wanita yang kucintai.
Yang anehnya lagi, hingga kedua orang tua kami pulang Ida tetap menggandeng tanganku, seakan tidak ingin dilepaskannya. Tidak ingin terus dalam keadaan yang membuatku seperti orang bodoh itu, kulepaskan tanganku dari dekapannya dan pergi ke ruang kerjaku
Langkah kakiku menuju ruang kerja terasa semakin berat, Ida sebenarnya hanya ingin memulai sesuatu yang baik, tetapi mungkin aku terlalu serius menanggapinya. Saat pekerjaan kantorku hampir selesai Ida datang menghampiriku
“masih marah ya?, maaf deh lain kali gue bakal ngasih tau lo dulu kalo gue mau berimprovisasi” suara Ida terdengar pelan penuh penyesalan,
“Nggak, gue nggak marah.. gue cuma bingung aja tadi, mau nanggepinnya gimana” balasku, perlahan mulai ku sadari bahwa tidak ada jalan keluar lain selain membicarakan semua masalah dengan baik-baik
“ya udah, kalo gitu gue tidur duluan yah..”sambung Ida dengan senyum manis di wajahnya
Untuk ukuran kecantikan, Ida termasuk wanita yang cantik dan menawan, sebagai wanita karir yang selalu mementingkan penampilan, Ida sebenarnya sangat sexy. Walaupun orangnya perfectionis Ida tetap bisa membagi diri agar tetap bisa jadi orang yang asik, contohnya di kantor dia selalu berusaha terlihat berwibawa dan selalu rapih sedangkan di rumah dia sering hanya memakai celana jeans pendek dan baju tanpa lengan. Selain itu Ida sebenarnya orang yang mudah mencairkan suasana dan nyambung jika diajak bercerita tetapi karena pada dasarnya belum memiliki rasa sayang jadi masih sangat sungkan bagiku untuk melakukan sesuatu padanya.
Malam itu sofa di ruang tv menjadi tepat tidurku, sengaja kubiarkan Ida tidur sendiri di kamar karena masih ada sesuatu yang mengganjal dalam diriku. Keesokan harinya Ida bangun lebih dulu, segera ia menuju ruang tv dan melihatku yang sedang tidur
“loh, nggak tidur di dalem? Entar masuk angin loh” suara Ida terdengar di pagi hari saat ku coba untuk mengumpulkan nyawa,
“nggak apa-apa,…….kalo gue tidur ama lo, entar kesannya gimana gitu” kataku sambil mengusap mata
“gue buatin kopi mau nggak?” tanya Ida
“nggak, nggak usah gue bisa buat sendiri kok” jawabku
“udah, nih…” ujar Ida sambil menyodorkan secangkir kopi kepadaku, setelah itu dia duduk tepat disampingku, sangat dekat hingga paha kami berdua bersentuhan. Pagi itu Ida menggunakan hotpants dan baju kaos oblong yang kebesaran, membuatnya semakin terlihat sexy
“nggak ngantor?” tanyaku basa-basi, jantungku berdetak kencang saat selesai bertanya ida menaruh tangannya di pahaku, dan menatapku dengan matanya yang indah,
“jam sembilan lewat dikit baru gue berangkat, lo?” tanya Ida balik
“sama, gue juga…… kita berangkat bareng mau nggak?” Balasku
“Siap komandan,,.” Jawab Ida sambil tertawa,
Waktu sebelum berangkat ke kantor itu kami gunakan untuk bercanda dan saling mengenal lebih dekat lagi. Hari itu terasa sangat singkat, tugas-tugas di kantor terasa lebih ringan mungkin karena suasana hatiku yang sedang senang. Sepulang kantor kujemput Ida di kantornya kemudian kami makan malam di sebuah restoran dekat rumah kami, setelah itu kami pulang
Sesampainya di rumah, kuputuskan untuk mandi dan langsung menonton tv. Jam menunjukan pukul 21.00 tetapi mataku sudah terasa berat, sambil menahan rasa kantuk kulangkah-kan kakiku menuju kamar, segera pintu kamar kubuka sedikit dan hendak masuk kedalamnya tetapi langkahku tertahan oleh sebuah pemandangan yang baru pertama kali ku lihat seumur hidup, lemari baju Ida terbuka, Ida sedang sibuk mencari-cari bajunya dalam keadaan topless dan hanya memakai celana jeans pendek . Refleks langsung kututup pintu itu sembari meminta maaf.
Walaupun beberapa detik tadi sangat kunikmati, melihat kedua buah dada Ida yang lumayan besar dihadapan mataku, sangat ranum dan bentuknya pun bulat sempurna juga kencang, tapi kembali lagi rasa bersalah memenuhi kepalaku hingga membuatku lupa bahwa itu adalah hal yang wajar bagi suami istri
“Da, sorry gue mau ngambil bantal, gue nggak ngintip kok” ujarku dari luar kamar, memang terdengar sangat bodoh jika ada seorang suami yang meminta maaf saat melihat istrinya telanjang, tetapi itulah yang terjadi padku sekarang ini
“nggak apa-apa masuk aja….” sahut Ida dari dalam kamar
Dengan menggunakan tangan kiri, kututup mataku sedangkan tangan kananku meraba-raba permukaan tempat tidur untuk mencari bantal
“udah, tanganya dilepas aja, matanya dibuka” suara Ida terdengar sambil mencolek pinggangku
“Sorry, gue bukan mau ngintip tadi, gue bener-bener nggak sengaja”ujarku sedikit malu-malu.
“nyantai aja lagi, gue yang di intip kok lo yang panik……gue juga baru pertama kali diintipin cowok” balas Ida sambil tertawa,
“eh, nggak pegel apa tidur di sofa? Enakan tidur di sini bareng gue…” sambung Ida sambil menepuk tempat tidur.
“udah, cepetan tvnya di matiin dulu”lanjut wanita itu sambil sedikit mendorongku,
Setelah tv ku matikan, terus langkahku kuarahkan kembali ke kamar. Di kamar Ida sudah berada di atas tempat tidur, kakinya yang jenjang dan putih membuat suasana hatiku tak-karuan. Sikap Ida yang sangat baik padaku membuatku mulai menikmati perjodohan ini dan sedikit membuka hatiku bagi wanita ini.
“sini,” ujar Ida sambil membetulkan posisi bantal yang berada di sampingnya
Kurebahkan tubuhku tepat disampingnya dan langsung kupejamkan mataku, berharap tidak terjadi hal-hal yang aneh malam itu
“lo masih punya pacar yah waktu kita nikah” kucoba untuk membuka mataku pelan-pelan, kutatap wajahnya yang kini sangat dekat denganku, posisi tubuh Ida sudah menindih sebagian tubuhku
“nggak,, emang napa?” tanyaku balik
“penasaran aja, abisnya lo dingin banget..serem tau” jawab ida sambil tersenyum kecil
“gue cuman kaget aja, keadaan berubah drastis banget” ujarku
“ohh… gue kira lo jeruk makan jeruk lagi…” sambung wanita itu
“ahh….lo kate gue maho?” jawabku bercanda, tangan Ida perlahan mulai memelukku perutku dan mulai lah dia menutup matanya
“abisss…..” cekikik Ida memenuhi ruangan itu
Karena tidak bisa lagi menahan kantuk akhirnya kami berdua tertidur sampai pagi, hanya tertidur tanpa melakukan sesuatu. Keesokan harinya Ida bangun terlebih dahulu, sepanjang malam dia memelukku dan tertidur dengan posisi setengah tubuhnya menindih tubuhku, dengan posisi seperti ini kedua buah dadanya menempel pada tubuhku dan kurasakan kehangatan yang beda dari sebelumnya.
“beb,…bangun ih nggak ngantor kamu?” tanya Ida sambil menjepit hidungku.
“beb?,,, bebek kali?” jawabku bercanda
“iiih tuh kan bercanda lagi, teus maunya dipanggil apa?” tanya Ida lagi,
“terserah kamu deh…” ujarku sambil mengucek-ngucek mata.
Mulai pagi itu, di kantor hidupku terasa semakin indah. Ida sangat perhatian padaku dan terus saja mengirimkan SMS yang menanyakan kegiatanku dan lain-lain. Dan mulai pagi itu kehidupan kami mulai berubah seperti pengantin baru pada umumnya.
Sehabis jam kantor, ku arahkan mobilku langsung pulang. Dirumah, Ida ternyata pulang lebih cepat. Malam itu ida mengenakan baju kaos bola barcelona dengan celana hotpants, baju itu dimodifikasinya hingga bahu sebelah kanannya terlihat keluar dari leher baju bola itu.
“baju bola gue tuh?.”tanyaku
“iya..,, emang istri itu nggak boleh pake baju suaminya?” tanya Ida balik,
“nggak juga sih,,,eh tapi kamu cantik loh kayak gitu” ujarku menggodanya
“udah ah…makan dulu sana….keburu dingin”kata ida sambil menunjuk ke arah ruang makan
Selain cantik, baik hati dan sangat profesional dalam segala hal, Ida juga jago masak. Sehabis makan, aku segera pergi ke ruang tv menemui Ida yang sedang asik mencari siaran film-film box office yang biasa diputar di tv saat larut malam.
“duduk sini,…deket gue” suara Ida terdengar saat kakiku mulai menginjak ruang tv.
Sambil memegang sekaleng minuman dingin, perlahan kutempatkan tubuhku tepat disampingnya. Ida langsung menarik tanganku dan menggengam jemariku erat-erat. Perasaan ku tidak menentu, sudah lama sekali sejak aku duduk di bangku SMA baru sekarang lagi ada cewek yang begitu dekat denganku seperti ini.
Sebegai laki-laki normal, firasatku mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin dikatakan oleh Ida tetapi dia masih malu karena sikapku yang masih begitu cuek, kucoba untuk memberi perhatian sedikit untuknya. Kucoba sandarkan tubuhku ke kursi dan benar saja, Ida langsung menyandarkan kepalanya di bahuku. Ku naikan tanganku sedikit agar Ida bisa meletakkan kepalanya di dadaku. Tubuh Ida sangat hangat, kubiarkan tangannya menyusuri pinggangku lalu dipeluknya.
“da,….kalo mau minta tolong, atau mau ngomong sesuatu, kasih tahu aja…,,, aku siap bantu kok” ujarku untuk memecah suasana.
“kamu masih belum nerima kenyataan kalo kita udah nikah ya?” tanya Ida pelan,
“dulu sih iya,,,, tapi sekarang udah nggak,…abis kamu baik, cantik lagi” gombal ku
“ih gombal,.” Balas Ida, sambil mencubit pinggangku
“kalo aku sih pasrah aja ama orang tuaku mau di suruh apa juga, yang penting pekerjaanku nggak keganggu” sambung Ida
“aku mau minta sesuatu sama kamu” lanjut Ida
“minta apa?” tanyaku
“ehm,,…gimana ngomongnya ya..” jawab Ida
“udah,. Bilang aja nggak usah malu” Ujarku
“beneran nih , gak apa-apa?..”tanya Ida
“iya…beneran..,,trus apa?”
“boleh minta cium nggak?” pinta Ida
“ooh..” langsung kudaratkan bibirku ke pipinya.
“iiihh…bukan di situ, tapi di sini” ujar Ida sambil menunjuk bibirnya.
Sebenarnya pada waktu itu, hatiku ingin sekali menciumnya tetapi seumur hidupku, belum ada satupun wanita yang pernah ku cium, gaya pacaranku saat SMA dulu juga paling Cuma gandengan tangan saja, tidak lebih. Oleh karena itu beberapa lama kupikirkan hingga
“kamu nggak mau yah.,, nggak apa-apa deh kalo gitu” ujar Ida dengan nada sedikit kecewa
“nggak ,, gue cuma..” perkataanku terhenti
“Cuma apa…?” tanya Ida
“belum pernah ciuman…” ujarku malu-malu, mukaku semakin merah saat selesai mengatakannya.
“astaga,.. jadi kalo nanti kita ciuman, itu jadi first kiss lo dong?”
Masih dalam keadaan bingung dan malu, Ida menganggkat wajahku yang tertunduk malu. Menatapnya dengan penuh rasa cinta.
“gue yang pertama, mau nggak?” tanya Ida
Perasaan ku seperti melayang-layang diudara. Senang sekali rasanya, memang dulu tidak pernah kuharapkan Ida yang menjadi First kiss ku, tetapi karena dia begitu baik dan menyenanggakan akhirnya kubiarkan semuanya berjalan seperti air mengalir.
“gue ajarain dulu yah, terus nanti kalo udah bisa, lo bales ya?” pinta ida.
Segera diciumnya kedua bibirku. Bibir Ida sangat tipis dan hangat, beberapa detik kunikmati bibirnya yang menempel pada bibirku. Tak lama setelah itu, Ida mulai memagut bibirku dan mulai menjulurkan lidahnya kedalam mulutku.
“dibales dong” ujar Ida di sela-sela serangannya ke bibirku
Kubalas ciumannya dengan cara yang sama seperti yang dia ajarkan.
“mmhhh” hanya itu segelintir suara yang dapat kudengar dari mulut Ida
Setelah beberapa menit, kulepaskan ciumanku. Ida tertawa lepas sambil memandangiku.
“nah, bibir lo udah nggak perjaka lagi.,, sapa dulu dong gurunya.” Ujar Ida sambil menepuk dadanya
“gila juga lo ya,.. master banget deh kayaknya,.. buka kursus juga yah?” tanyaku
“ya nggak lah,… gue juga baru pertama kali praktek nih, yang biasanya cuman gue baca di buku ama di film bf ternyata rasanya dahsyat yah” jawab Ida
Baru ku tahu kalo Ida juga baru pertama kali ciuman dengan cowok, mungkin karena sepintas dia orangnya perfectionist jadi cowok-cowok pada sungkan mau jadi pacarnya.
“jadi bibir lo juga udah nggak perawan nih?” candaku.
“apa lagi yang masih perawan?” tanyaku menggodanya
“ya semuanya lah…” jawab Ida sambil menarik bibirku.
“mau dong nyobain…?” candaku
“sok atuh,…silahken…” jawab Ida sambil menarik tanganku mendekati tubuhnya.
“sorry,.. gue becanda kok…,,” ujarku
“beneran juga nggak apa-apa” sambung Ida
“nanggung gak sih rasanya kalo cuman gitu-gitu aja” lanjut Ida memancing ku
“terus maunya gimana?” tanyaku
“nggak ngerti-ngerti juga?” jawab Ida
“ngomongnya langsung aja, nggak usah berbelit-belit bingung gue” sambungku
“gue mau dientotin ama lo..beiby” balas Ida sambil menarik bajuku
Kurasakan seperti ada yang mencongkel keluar jantungku dengan pisau yang sangat tajam, tak ku sangka sebenarnya selama ini walaupun perbuatanku kepada Ida sangat kasar, ternyata dia masih memendam hasrat yang begitu dalam padaku.
“yah…,,gue tabu…nggak tau harus gimana duluan” ujarku
“kan ada film Bokep..,, liat dari situ aja bisa kan?” balas ida
“gue coba deh,..”jawabku
Ida segera berjalan menuju kamr tidur kami dan kembali membawa kotak kecil yang kukira isinya adalah segala macam peralatan make up seperti yang biasa wanita-wanita career koleksi, tapi ternyata isinya adalah kumpulan DVD film-film porno dari jepang, latin, blonde, redhead, amateur, dan lain-lain.
“lengakap banget,..hobby nonton ginian yah?” tanyaku sambil melihat-lihat koleksi kasetnya
“eh, ini punya temen kantor aku lagi,..nonton sih sering tapi kalo punya koleksi sebanyak ini….enggak deh” jawab Ida
“gue kira lo hyper “ kataku bercanda
“eh hyper juga asik tau, bisa siap setiap saat” sambungnya sambil tertawa dan terus mencari sebuah kaset yang menurutnya sangat bagus
“nah ini dia akhirnya ketemu.” Ujar Ida sambil merapihkan kaset-kaset lain yang berantakan di atas sofa di ruang tv.
“nontonnya di kamar aja, supaya kalau capek bisa langsung tidurr” sambung Ida
“emangnya kita mau nyangkul? Capek?” tanyaku bercanda. Sebenarnya suasana hatiku saat ini sangat takkaruan ada senang bercampur bingung, kata-kata yang keluar dari mulut Ida menandakan bahwa dia sudah sangat mempercayaiku dan sangat menyayangiku, sementara aku masih bingung dengan perasaanku sendiri
Adegan film pertama di kaset itu dipenuhi dengan ciuman, Ida menyuruhku duduk diatas tempat tidur dan dia duduk di pangkuanku.
“tau gak, itu tuh namanya foreplay” ujar Ida
Mulailah ida memagut bibirku, selama beberapa menit kami mempertahankan posisi seperti itu. film pun berganti adegan, sekarang pemeran cowok di film itu mulai menggerayangi tubuh pemeran wanitanya. Baju pemeran wanita di singkap keatas dan payudara wanita itu mulai diemut oleh pemeran pria itu.
“pengen deh di gituin” Ida tiba-tiba melepaskan ciuman kami dan mengatakannya,
Posisi ida sekarang duduk berhadapan denganku, Ida duduk di pangkuanku
“ya udah,..bajunya di buka” ujarku
Ida membuka bajunya perlahan, sedikit demi sedikit gumpalan daging di dadanya itu mulai tersingkap, ukuranya benar sangat besar, sama seperti saat pertama kali kulihat dengan tidak sengaja. Seperti orang bodoh, kedua buah dadanya hanya kuperhatikan tanpa berbuat apa-apa
“kok cuman diliatin doang, aku pake lagi nih bajunya” ujar Ida ngambek
“sorry, speechless aja gue….gede amir…seumur-umur baru pernah liat yang ginian,…eh besar pula lagi dapatnya” balasku untuk meredakan ngambeknya
“ya udah.,,, di emut dong” ujar ida lagi kali ini diiringi dengan senyum
“nggak ahh….entar lecet, terus kalo lo mandi pasti nyeri” kataku
“jadi gimana dong?” tanya Ida
“aku jilatin aja mau nggak?” tanyaku balik
Ida langsung menarik kepalaku ke arah buah dadanya, lidahku kujulurkan dan mulai menyentuh permukaan kulit buah dadanya. Kujilat melingkar membentuk huruf O disekitar putingnya dan ujung putingnya ku sentuh perlahan menggunakan ujung lidahku.
“Mmhh…enak beb,,,terus..,,terus.. yang kanan juga,..aahh” desah ida yang membuatku bersemangat melakukannya.
Lima belas menit kuserang kedua payudaranya, hanya suara desahan yang keluar dari bibir manis Ida,..saat tubuh ida mengelijang hebat, kurasakan ada cairan membasahi celanaku.,
“da,..celana lo basah.,,” ujarku, ku biarkan dadanya basah dan kutatap wajahnya yang sangat manis.
“iya,..gue ‘jadi’ tadi..”ujar ida sambil menciumi pipiku
Adegan di film kini berubah lagi, penis si pemeran pria yang sudah sedari tadi “tegang” mulai diurut turun naik oleh pemeran wanitanya. Dan setelah sudah cukup tegang, mulailah penis itu dimasukkan kedalam mulut wanita itu.
“mau gue gituin nggak?” tanya Ida
“udah gak usah, lain kali aja” jawabku cepat.
“nggak apa-apa, nggak usah malu…..enak lagi” balas Ida
Ida segera menarik celanaku, dan langsung menggenggam penisku yang belum menegang sama sekali dibalik celana dalamku.
“gila,…gue udah hampir dua kali orgasme,…lo bediri aja belon…make obat apa?” tanya ida
“obat apaan?,…gue aja baru sekali diginiin” jawabku
Ida kemudian menarik turun celanaku.
“besar juga.,,beda dikit lah ama yang di film” ujar ida, sambil tersenyum Ida mengenggam penisku

Ida mulai menganggkat penisku dan mulai mengurutnya dari atas ke pangkal paha selma 10 menit, rasanya seperti berenang di awan, apa lagi saat Ida menempelkan bibirnya ke ujung kepala penisku dan menghisapnya pelan..,,
“udah…udah…”ujarku sambil mencoba menarik penisku keluar dari mulut Ida,
Tak lama setelah itu kerasakan sesuatu keluar dari penisku, tidak dapat lagi kutahan. Kupejamkan mataku dan saat ku buka, Ida masih berada dalam posisi jongkok dan wajahnya berlumuran cairan berwarna putih yang tak lain dan tak bukan adalah spermaku.
“aku kan dah bilang,….” ujarku
“hahaha…asik…asik” bukanya marah, Ida justru tertawa kegirangan,
Ku kenakan lagi celanaku dan segera mengambil handuk di lemari untuk membersihkan spermaku di wajah Ida
“ketelen gak?” tanyaku
“dikit..” jawab Ida sambil tersenyum.
Tibalah film itu di puncak aksinya, si pemeran pria di film itu menarik turun celana dalam pemeran wanitanya dan mulai melumat daerah kewanitaan perempuan itu.
“rebahan deh…..” ujarku
Saat Ida berbaring di tempat tidur, kutempatkan tubuhku tepat diatasnya dan mulai menciumnya lagi. Kali ini tidak terlalu lama, segera kupindahkan sasaranku ke bagian lehernya, seperti instruksi di film itu.
“Mmhh..”suara Ida pelan
Tak lama setelah itu, kedua buah dadanya kumainkan, kupijat pelan dan mulai kujilat perlahan. Turun ke bagian perut dan anehnya lagi, tali hotpants Ida sudah tidak terikat dan sepertinya Ida tidak mengenakan celana dalam
“cewek kok nggak pake celana dalam,” ujarku sambil mencubit pipinya
“kalo nggak ada lo sih gue pake,… tapi kalo ada lo, masa iya gue pake,..entar tiba-tiba lo minta? Gimana?” balas ida.
Ida mulai menaikan pinggulnya dan menurunkan celananya. Sekarang Ida sudah tidak mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya. Semua yang selama ini tertutup kain baju ataupun celana sekarang jelas terlihat dihadapanku, pinggul ida lumayan besar, pantatnya montok dan yang membuatku sangat bahagia dalah vaginanya yang tidak memiliki bulu sedikitpun.
“sering cukur neng?” tanyaku
“nggak juga sih,..gak tau kenapa,, bulunya lama numbuh” jawab ida.
Ida menarik kepalaku mendekati vaginanya yang sudah basah sedari tadi. Aroma kewanitaan yang baru pernah seumur hidup ku cium ternyata sangat wangi, mungkin karena seringnya dirawat.

Perlahan mulai kujilati daging yang berada di belahan vagiannya itu, ku mainkan suasana dengan sesekali mempercepat jilatanku di liang kemaluannya. Semakin cepat kujilat, semakin Ida menjepit kepalaku di tengah kedua pahanya.
“kalo gue tau enaknya gak ketulungan gini,…gue minta aja yah dari awal” gumam Ida
Kali ini, kusingkap lobang kemaluannya dan ku hisap menggunakan bibir membentuk huruf O, sesuai dengan instruksi yang ada di film itu. Ida semakin mengejang hebat dan mencoba menarik rambutku agar kepalaku menjauh dari vaginanya, tetapi seperti yang ku baca di buku jika terjadi hal seperti itu kita malah sering menghentikan permainan. Tentu saja itu adalah sebuah kesalahan yang sangat besar.
Ku teruskan permainanku hingga kurasakan suatu cairan keluar membasahi lidahku.
“Keluar lagi?” tanyaku
“iya,…enak deh” jawab ida
“ya udah,…gitu aja dulu yah,…kepala gue sakit banget, abis lo jambak tadi” ujarku
“masa udahan sih?… sorry tadi gue kelepasan jadinya narik-narik rambut kamu gitu deh…” balas Ida.
“entar baru nyambung lagi..yah” pintaku
“iya, tapi jangan lama-lama” jawab Ida,
Ida hanya terbaring di tempat tidur, kututupi tubuhnya dengan selimut. Film porno itu kami ‘pause’ sebentar. Aku segera menuju westaffel untuk mencuci muka, kulihat waktu menunjukan pukul 03.00 pagi hari. Saat itu ku sadari bahwa sekarang dalam diriku tidak hanya ada cinta, tetapi juga ada nafsu untuk istriku Ida. Setelah meminum segelas air, aku segera kembali ke kamar. Ida menyambutku dengan senyum penuh rasa sayang, ku rebahkan tubuhku disampingnya.
“da.,,gue mau,..minta maaf,..kalo gue udah kasar sama lo sejak kita nikah, padahal lo juga nggak tahu apa-apa kan? Sekarang gue ngerasa bersalah banget” ujarku
“biarin aja berlalu yang kayak gitu mah,…gak usah dipikir lagi, Ida juga udah lupa……kamu juga makin hari makin asik….seneng aku” jawab ida.
Saat itu terasa sangat panas, ku buka baju kaos ku dan tinggal memakai celana basket yang sejak tadi ku pakai.
“ribet banget nih selimut…”ujar ida sambil menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya
Ida segera memulai lagi adegan di film yang tadi kami ‘pause’. Ida menarik tanganku dan menempelkan telapak tanganku ke selangkagannya. Kini adegan di film itu bertambah panas, pemeran pria di film itu mulai memasukkan penisnya kedalam vagina pemeran wanita. Pemeran wanita di film itu hanya menggumam takkaruan.
Beberapa menit kami menyaksikan film itu. Kali ini Ida hanya terpana melihat adegan di film itu. Mungkin Ida masih takut untuk mencobanya.
“mau coba gituan?” tanya Ida
“kalo sekarang nggak bisa, gak apa-apa juga…..lo aja yang master belum siap apa lagi gue” ujarku
“kita coba tapi pelan-pelan yah…soalnya gue masih perawan” ujar Ida
“gak apa-apa nanti aja,…”jawabku
“tapi gue pengen banget..” sambung Ida
“ya uda.,,,tapi bakal sakit loh nanti..”balasku
Ida mulai menaikan pinggulnya dan pantatnya kusanggah dengan bantal. Ku buka sedikit lebar lubang kemaluannya, memang benar. Selaput dara masih utuh didalamnya, merah merona dan terlihat segar.
“beneran masukin sekarang?” tanyaku.
“iya tapi pelan-pelan yah” jawab ida
“iya” balasku
Kumasukkan penisku perlahan kedalam vagina Ida. Hangat, perih dan sempit, terasa seperti disedot vaccum cleaner. Saat semua bagian sudah mulai terbenam, kulihat Ida meneteskan air mata. Sedih sekali melihatnya seperti itu, kulihat darah membekas di batang penisku. Sejenak kupikir untuk melepaskan penisku dari dalam vagina Ida. Tetapi apa yang terjadi, ida malah menggoyangkan pinggulnya
“sakit?’ tanyaku pelan
“udah nggak kok,…perih aja tadi, banget…” jawabnya
“mau diterusin?” tanyaku lagi
“iya..” jawab ida manja
Perlahan mulai ku maju mundurkan pinggulku, makin lama makin cepat. Ida hanya menggumam sambil meremas buah dadanya.
“ennnaaakk,,,” ujar Ida
“mmhh …guuee….keelluuaarr..” jerit ida
Orgasme Ida disusul olehku, senang sekali melihatnya malah tertawa diakhir permainan kami. Cairan yang keluar dari vagina Ida bercampur sedikit dengan darah.
“da..sorry tadi gue keluarin di dalem..”ujarku
“nggak apa-apa kali,..kalo nanti gue bunting,,bapaknya ni anak kan elo” jawab ida.
Hanya bisa tertawa, kami berdua tertawa sejadi-jadinya melihat perbuatan kami tadi. Akhirnya kami pun kelelahan dan tertidur.

Friday, February 08, 2013

Kehidupan "ABG Ayam Kampus" di Yogyakarta













Menelusuri Kehidupan "ABG Ayam Kampus" di Yogyakarta

Lebih Suka Dijemput dengan Sepeda Motor. FENOMENA pelacuran mahasiswa di Kota Yogyakarta kian merebak. Mereka tidak malu lagi menjajakan tubuhnya secara terbuka, dan mau secara jujur mengakui bahwa mereka memang gadis panggilan. Mereka menamakan diri sebagai "ce-bu" singkatan dari cewek bukingan atau cewek bookingan. Rata-rata mereka adalah kumpulan anak luar kota yang terlalu kenyang dengan persoalan keluarga dan melarikan diri ke Yogya.

Untuk melihat dari dekat aktivitas mereka, kami melakukan investigasi untuk menguak sisi-sisi kehidupan mereka yang diturunkan dalam tulisan bersambung mulai hari ini.

JIKA Anda suka chatting pada folder Yogyakarta dari server MIRc maka akan ditemukan dengan mudah sejumlah nickname (nama panggilan) yang menggoda untuk disapa. Tetapi, sudah menjadi rahasia umum sejumlah "ayam kampus" ternyata juga memanfaatkan arena ini sebagai ajang untuk menjaring mangsa. Mereka memakai indentitas yang tersamar tetapi jelas seperti: ce_bth_duit, ce_mencari_cinta, girlsexy, ce_xxxtravaganza, ce_mau_ML, spidergirl, ce_mau_jalan, atau nama lain yang mengesankan bahwa mereka adalah ce-bu.

Bahkan ada yang secara gamblang menawarkan dirinya dengan nick name ce-bookingan atau ce-bookingan 300rb. Penyebutan itu mereka sengaja dengan maksud agar chatter yang ingin membookingnya akan langsung mengklik nickname terebut.

Sekadar informasi bahwa 'ce' dalam bahasa chatting yang artinya adalah cewek sementara 'co' artinya adalah cowok. Bagi chatter yang tertarik bisa dilanjutkan dengan obrolan sampai mendalam termasuk tarif dan kapan mereka bisa janjian.

Jika sang ce-bu oke mereka akan memberikan nomor ponsel yang tak diberikan sama siapapun. Tetapi ada juga ce-bu yang melakukan tawar menawar tarif sembari jalan sehingga kalau tak tertarik mereka bisa diantar pulang lagi ke kosnya. Tetapi jangan kira bahwa penampilan mereka menor seperti pelacur jalanan. Mereka justru tampil sangat biasa tanpa make up yang menonjol. Menurut pengakuan mereka, ketika diajak jalan-jalan di tempat umum kehadiran mereka tak langsung dapat dikenali bahwa mereka sesungguhnya pelacur.

Hanya saja, ce-bu di Yogya lain dengan gadis mall di Jakarta. Sejauh pengamatan kami, mereka tak terlalu banyak menuntut untuk dibelikan barang. Tetapi mereka sudah sangat puas jika diajak makan bareng dan muter-muter keliling kota. Bahkan, kalau sudah langganan ada juga yang tak menuntut bayaran.Disamping itu, rata-rata mereka justru lebih suka dijemput dengan motor. Selain tak terlalu mencolok terlihat sebagai gadis panggilan, bagi mereka sesungguhnya adalah melepaskan stress dan dapat berkeluh kesah dengan orang lain. Sebab, keterjerumusan mereka menjadi gadis panggilan salah satunya karena mereka tak tahu harus menumpahkan segala kekesalan yang menyesak dalam dadanya.

Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak bermasalah. Ada yang patah hati ,ada yang kesepian karena pacarnya jauh di luar kota, tetapi ada juga yang menjadi ce-bu sebagai sikap protes terhadap keluarga, ketika mengetahui bahwa orang tua mereka selingkuh dengan orang yang sebaya dengan dirinya.Sinta (24) -bukan nama sebenarnya, adalah salah satu dari puluhan mahasiswa Yogya yang sengaja menceburkan diri dalam dunia hitam. Karena penampilannya yang sederhana sekilas gadis berdarah Sulawesi-Betawi ini sama sekali tak mengesankan bahwa dia seorang ce-bu.

Selain wajahnya biasa-biasa saja , dandanan yang dikenakan setiap berkencan selalu sopan. Sinta dan juga sejumlah ce-bu yang ditemui Bernas ternyata tak suka merokok layaknya pelacur di sinetron.Ketika tampil sehari-hari, mereka juga tak mengesankan bahwa mereka adalah gadis panggilan. Sebab, di kos atau di kampus mereka kelihatan sebagai gadis biasa yang tanpa masalah. Mereka tampaknya juga tak ingin diketahui bahwa mereka adalah 'ayam' dan hanya orang-orang tertentu dan penggemar chatting saja yang tahu bahwa mereka adalah 'ayam'. Sebab, ketika chatting mereka akan terbuka tentang apa yang dapat mereka perbuat dan upah apa yang mereka minta.Biasanya mereka langsung akan memberikan nomor ponsel terhadap orang-orang yang kelihatannya serius untuk mengencaninya. Sinta, misalnya, selalu standby di pesawat 081XXXX49.

Jika di-call, maka Sinta akan langsung siap melayani dan memuaskan hasrat lelaki hidung belang. Dia adalah mahasiswi semester akhir jurusan hukum sebuah PTS yang sangat tahu apa yang harus diperbuat untuk menyenangkan pria yang mengajaknya. Tingginya sekitar 170 dengan bobot 59 kg dan ukuran bra 36. Tapi jangan kecewa karena wajahnya hanya biasa-biasa saja. Jika anda tak suka masih ada Indah yang selalu on di pesawat 0818XXXX06 atau Lisa yang siap dipanggil di nomor 0818XXXX34.Menurut pengakuannya, sudah lebih dari dua tahun Sinta menekuni profesinya sebagai ce-bu. Prinsip yang dianutnya adalah tidak merugikan orang lain. Karena orang yang membookingnya tak mesti akan memintanya untuk melakukan seks. Maka dia sama sekali tak menawarkan diri kepada orang yang membookingnya. Jika kemudian orang yang mendahului dengan memintanya, maka Sinta akan melayaninya. Tarifnya? Murah.

Sinta tak meminta uang tetapi hanya meminta pulsa telpon. "Gue nggak minta duit, isi aja pulsa HP gue! Berani nggak? Kalau berani, gue akan puasin lu. Apa aja gue bisa!" ujar Sinta dengan logat Jakarta yang sangat kental. Rata-rata para ce-bu di Kota Yogyakarta berasal dari luar kota yang sengaja datang ke Yogya untuk tujuan studi. Karena itu sesungguhnya mereka bukan golongan orang yang kekurangan duit .(****)

’’Gadis Bermotor”, Modus Baru PSK Semarang

Hindari Kejaran Aparat, Tarif pun Jadi Meningkat

Belakangan ini, pekerja seks komersial (PSK) bermotor kian marak di Semarang. Siapa mereka, serta bagaimana modus operandinya? Wartawan Suara Merdeka Adi Prianggoro dan Garna Raditya melakukan penelusuran.

LEPAS tengah malam, Semarang baru terbebas dari hujan. Udara masih terasa dingin, jalanan yang basah pun terlihat lengang. Di tengah suasana yang lebih enak untuk tidur itu, sejumlah perempuan muda bergerombol di tepi Jalan Pandanaran. Mereka asyik ngobrol sembari duduk di atas sadel sepeda motor jenis matic. Ada yang sendiri, ada yang berboncengan. Meski berhenti, perempuan-perempuan berusia antara 18 hingga 30 tahun itu membiarkan mesin dan lampu kendaraannya menyala.

Mereka berpenampilan modis: wajah berbalut make up serta membungkus tubuh dengan tank top, jaket, kaus ketat, celana hipster atau rok mini. Beberapa mengisap rokok. Sekilas, mereka tampak seperti gadis-gadis yang baru budhal dari tempat hiburan malam. Yang sebelum pulang ke rumah, menyempatkan diri menghirup udara segar di tepi jalan. Dari jarak sekitar 200 meter, dalam temaram lampu jalan, kami amati mereka diam-diam.

Gadis-gadis itu masih terus berbincang. Tawa lepas sesekali terdengar di sesela obrolan. Satu hal yang pasti, mereka selalu membunyikan klakson jika ada sepeda motor atau mobil yang lewat.

Beberapa pengendara laki-laki merespons dengan memperlambat dan menghentikan laju kendaraannya. Setelah mengobrol singkat, si gadis meninggalkan tempat, dan sang lelaki mengikutinya dari belakang.  

Di kalangan ’’penghayat’’ kehidupan malam, perempuan-perempuan itu dikenal dengan sebutan “gadis bermotor”. Mereka bukan pengunjung yang baru pulang dari tempat hiburan malam, melainkan PSK yang tengah menunggu mangsa. Disebut “gadis bermotor” karena saat beroperasi selalu menggunakan peranti sepeda motor.

Sekian lama melakukan pengamatan, kami pun menyambangi “gadis bermotor”. Seperti yang sudah-sudah, mereka menyambut dengan lengkingan suara klakson. Kendaraan kami parkir beberapa meter dari tempat mereka mangkal. Seorang gadis berambut panjang dengan tubuh semampai dengan cekatan menghampiri kami. ’’Mau cari cewek, Mas? Kalau mau Rp 200 ribu sudah termasuk tarif kamar,’’ ucapnya tanpa basi-basi.

Karena terlampau mahal, kami mencoba menawar. ’’Wah, kok mahal sih, Mbak. Gimana kalau Rp 150 ribu?’’ ujar kami terbata-bata karena sebelumnya belum pernah sekali pun bertransaksi dengan PSK.

Harga Perkenalan

Diam sejenak, si gadis menyapukan pandangan matanya ke arah kami, dari ujung rambut hingga ujung kaki. ’’Ya wis ndak papalah, itung-itung harga perkenalan. Kalau gitu Mas sekarang ikut saya,’’ kata si rambut panjang sembari menyebut nama sebuah “hotel kresek” di Semarang Utara.

Perempuan itu melajukan kendaraannya cukup kencang dan kami segera mengekor di belakang. Sampai di tujuan, ia langsung menyorongkan uang Rp 30 ribu kepada resepsionis. Itu uang sewa kamar short time dengan fasilitas kamar mandi di dalam ruangan.

Pergerakannya yang thas-thes, menunjukkan kalau ia biasa menggunakan tempat itu. Seorang pegawai hotel menyapanya dengan nada bercanda: ’’Wah, dapat pelanggan banyak ya, Mbak?’’

Setelah menerima kunci, kami pun bergegas menuju ke kamar. Ruang berukuran sekitar 3x3 meter persegi itu terasa pengap. Kasurnya tak rapi-rapi amat, seprai dan bantalnya lusuh dan kusam. Naga-naganya, kamar ini baru saja dipakai kencan oleh pasangan lain. Tapi, si “gadis bermotor” tak mempermasalahkan. Sampai di dalam kamar, ia langsung mengunci pintu dan astaga, buru-buru melucuti pakaian. “Ayo, Mas, buruan,” ujarnya merajuk.

Melihat gelagat itu, kami berusaha meyakinkan, kalau kesepakatan tetap berlaku. Uang tarif ditambah tips kami serahkan, dan ia pun kembali tenang. Kesempatan berbincang-bincang kami manfaatkan sebaik-baiknya untuk menggali informasi yang dibutuhkan.


*****
Lebih Bebas dan Terlihat Cukup Berkelas

BUNYI
decit dipan sesekali terdengar disertai suara desahan dari kamar-kamar lain memecah keheningan malam itu.

Perbincangan dengan seorang ’’gadis bermotor’’, sebut saja Nani, masih berlangsung intim di sebuah kamar di hotel di daerah Semarang Utara. Kami terpaksa berbohong dengan mengatakan tiba-tiba kehilangan mood lantaran suasana kamar tidak mendukung.

Nani mengisahkan, ia memilih bergabung dengan PSK bermotor yang biasa mangkal di Jalan Pandanaran dengan alasan keselamatan. Dengan sepeda motor, perempuan berparas manis itu bisa menghindari kejaran aparat. Selain itu, ia juga leluasa berkeliling untuk menjaring lelaki hidung belang. 

“Coba kalau jalan kaki, kalau ada operasi gampang digaruk. Dengan mengendarai motor, saya bisa mengelabui petugas,” ujar Nani, sambil menarik selimut untuk menutup bagian sensitif dari tubuhnya.

Ada keuntungan lain yang diperoleh Nani yang menggunakan sepeda motor saat beroperasi. Apakah itu? Tarif yang tinggi. Ya, dengan kata lain, sepeda motor jenis matic relatif baru yang ia kendarai dapat menaikkan harga pasaran.

“Penampilan saya jadi tambah keren, kayak anak-anak gaul zaman sekarang. Saya nggak ragu menggaet orang bermobil. Sebaliknya, konsumen pun tak merasa rugi membayar tinggi. Saya biasa buka dasaran dengan tarif Rp 200 ribu sampai Rp Rp 250 ribu,” tuturnya.

Ia menceritakan, sebelumnya pernah ’’bekerja’’ di komplek Resosialisasi Argorejo atau lebih populer dengan sebutan Lokalisasi Sunan Kuning (SK). Ia juga pernah beroperasi di kompleks JBL (Gambilangu—Red), Kaliwungu, Kendal.

Bekerja di kompleks lokalisasi, menurut Nani, banyak aturannya dan harus nurut dengan mami alias sang mucikari.

’’Kalau di sana (lokalisasi—Red) ada peraturan saya datang dan pulang jam berapa. Tapi kalau di jalan dengan naik sepeda motor, saya bisa datang jam dan hari apa pun, terserah saya,’’ ucapnya lugas, seraya memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai.

Kami pun tak bisa menahan Nani lebih lama lagi. Ia beralasan harus kembali mengitari jalan untuk menjaring pelanggan lain.

Tanpa basi-basi, perempuan asal Kaliwungu, Kendal, itu pun keluar dari kamar dan membiarkan kami terbengong-bengong di atas kasur.

Untuk menelisik lebih jauh bagaimana lika-liku gadis bermotor ini, kami lantas ’’menggaet’’ salah seorang di antara mereka dari Jl Imam Bonjol.

Sebelumnya di sana memang sudah menjadi lokasi prosititusi liar, namun akhir-akhir ini mulai banyak bermunculan gadis bermotor. Meski demikian, tarif gadis bermotor di Jl Imam Bonjol lebih murah jika dibandingkan dengan Jl Pandanaran.

Sebut saja namanya Gendhis, seorang ’’gadis bermotor’’ yang beroperasi di sepanjang Jl Imam Bonjol.

Ibu berusia 32 tahun yang mempunyai seorang anak ini ’’mengajak’’ kami masuk ke sebuah hotel lain, juga di daerah Semarang Utara.
Beroperasi dengan naik sepeda motor, bagi Gendhis, terlihat lebih keren ketimbang teman-temannya yang hanya nongkrong di sepanjang Jl Imam Bonjol.

’’Saya pakai sepeda motor setahun belakangan. Selain aman dari razia, juga gampang mendapatkan pelanggan karena lebih terlihat berkelas dibandingkan mereka (PSK lain-Red) yang berdiri di tepi jalan,’’ ucapnya.

Lindungi Diri

Kordinator Lapangan Nonlokalisasi Griya ASA, Afif Iriawan mengatakan, para PSK yang menggunakan motor tersebut sebagai upaya untuk melindungi dirinya dari razia, diperkirakan terdapat 90 orang.

’’Tiap kali razia dilakukan, para PSK tersebut menggunakan motor untuk melarikan diri dan panik. Satpol PP lebih memilih tidak mengejarnya karena untuk menghindari kecelakaan yang seringkali terjadi,’’ ujarnya.

Modus itu dianggap berhasil dan menjadi tren menggunakan motor kian marak. ’’Modus ini muncul pada 2006 dan justru diawali memakai kendaraan pria yang bisa berlari kencang. Namun karena dirasa kurang trendi, maka mereka mulai memakai sepeda motor jenis matic,’’ katanya.

Keberadaan para gadis bermotor ini, menurut sejumlah sumber, mulai muncul sejak warung-warung teh poci di sekitar Lapangan Simpanglima digusur.
Kedai teh poci ini sejatinya adalah hanya kedok semata. Tempat tersebut  digunakan para PSK untuk mencari rejeki ’’menemani’’ lelaki. Perempuan-perempuan yang nongkrong di situ acap disebut ciblek, atau kepanjangan dari ’’cilik-cilik betah melek’’.

Nah, sejak keberadaan kedai poci itu digusur para ciblek ini seperti kehilangan lahan. Mereka pun kembali turun ke jalan di sekitar Kawasan Simpanglima.
Namun lantaran beberapa kali terjaring razia, mereka lantas mulai beroperasi dengan mengendarai sepeda motor.

Kepala Satpol PP Kota Semarang, Tri Supriyanto, melalui Kabid Operasi, Sumarjo mengatakan, pihaknya telah memantau dan merazia para ’’gadis bermotor’’ ini. Sebelum menggelar razia, petugas berpakaian preman diterjunkan untuk melakukan identifikasi terlebih dahulu.

’’Petugas bahkan menggunakan mobil plat hitam dan sepeda motor untuk menangkap PSK bermotor. Mereka biasa nongkrong di atas pukul 00.00 dan kami telah mengantongi ciri-ciri khusus untuk mengidentifikasi PSK bermotor,’’ kata Sumarjo. (****)

Wednesday, February 06, 2013

Prostitusi Siswi SMA Memprihatinkan
“Aku paling suka kalau ditugaskan ke Manado. Wanitanya cantik-cantik, Bibir Manado is the best.
Apalagi ayam Putih Abu-abu,” Seperti itu canda seorang pejabat di salah satu instansi di Jakarta kepada wartawan Manado Post, beberapa waktu lalu. Diakui atau tidak, kesan negatif terhadap wewene Manado telah terdoktrin di kepala para lelaki hidung belang di berbagai daerah di Indonesia. Fenomena yang sebenarnya terjadi juga di berbagai daerah lain. Namun, Manado lebih terkenal karena wanita-wanitanya yang identik dengan kulit putih dan wajah cantik.

Selain prostitusi jalanan dan kelab malam, beberapa tahun terakhir fenomena jual beli ‘daging mentah’ di Manado dan Sulawesi Utara (Sulut) diramaikan istilah ‘Ayam Kampus’. Market para mahasiswi cantik menggeser eksistensi wanita penghibur di kelab malam. Bahkan, tempat-tempat hiburan banyak memakai ladies Ayam Kampus. Namun, eksistensi Ayam Kampus yang berusia antara 18-22 tahun belakangan mulai tergusur. Para anak baru gede (ABG) SMA berseragam Putih Abu-abu makin beringas dan terang-terangan melakoni sisi hitam kehidupannya. Eksistensi Ayam Abu-abu juga mendapat respon positif di pasaran para lelaki hidung belang. Mulai dari eksekutif muda sampai kakek-kakek berduit jadi target market Ayam Kampus. Termasuk juga para tamu dari luar daerah yang butuh teman tidur saat tugas ke Manado.

Hasil investigasi tim Xpresi Manado Post berhasil meminta keterangan dari 3 siswi Ayam Abu-abu dari salah satu sekolah ternama di Manado. Trio ini punya semacam koordinator yang bertugas mengatur schedule making love (ML). Singkatnya, sang koordinator itu adalah germo bila laki-laki atau mucikari kalau perempuan atau pria yang setengah perempuan alias banci. Mulai dari penjemputan sampai tempat kejadian pemain (TKP) diatur sang koordinator.

Pengakuan salah satu Ayam Putih Abu-abu, sebut saja Teratai, ia sudah terbiasa dengan permainan kotor seperti ini. “Pelanggan kami mulai dari pejabat sampai sopir mikro juga ada. Asalkan harganya cocok,” kata gadis cantik berambut panjang dan kulit putih itu sambil meminta namanya tak dikorankan. Ia pun bercerita tentang awal dirinya dan rekan-rekannya Ayam Putih Abu-abu terjerembab ke dunia hitam. “Kalau aku pertama mengenal sex dengan pacar saya. Kami satu sekolah dan sudah pacaran sejak kelas 1,” ujar siswi kelas 3 itu.

Setelah berkali-kali melakukan hubungan laik sensor dengan pacarnya, ia akhirnya menjadi terbiasa. Dan saat putus dengan sang pacar dengan mudahnya ia terjerumus ke dunia prostitusi. Karena bergaul dengan teman-teman yang lebih dulu menjadi pemain, ia akhirnya ikut-ikutan. Gadis yang berasal dari keluarga yang sebenarnya tergolong mampu itu, terbawa arus pergaulan masa kini. “Dapat uangnya cepat, tak perlu merayu orang tua untuk dapat uang. Cukup ML dapat banyak uang. Sehari bisa beberapa kali ML sudah jutaan,” tambahnya, dibenarkan kedua rekannya. Sekali ML, mereka mendapatkan bayaran mulai dari Rp500 ribu sampai Rp1 juta untuk short time.

Ayam Putih Abu-abu memang jarang bisa melayani full time atau semalam suntuk. Paling banyak mereka melayani tamu di saat jam sekolah. Tentu saja harus bolos sekolah. Keluar rumah sesuai jam berangkat sekolah, tapi tak langsung bertemu target. Biasanya berkumpul dulu di hotel atau rumah teman sambil menunggu panggilan atau jam janjian. Tapi ada juga yang masuk sekolah dan bolos di jam tertentu saat tiba waktu ketemu target. Bagi yang melayani tamu di luar jam sekolah, Ayam Putih Abu-abu harus mencari berbagai alasan untuk mendapatkan izin orang tua. Les tambahan dan kerjakan pekerjaan rumah (PR) di rumah teman adalah beberapa alasannya. “Tapi ada juga sih beberapa di antara kita yang melayani di jam malam. Yah, biasanya lompat jendela kamar supaya tak ketahuan orang tua. Cuma pulangnya pun tak bisa pagi, paling lama jam 4 atau 5 pagi,” tambahnya sambil tertawa lepas.

Dengan status sebagai Ayam Putih Abu-abu, para gadis cantik itu bisa mendapatkan Rp2 juta sampai Rp3 juta per hari. Menariknya, bagi yang masih perawan banderolnya dipatok di kisaran Rp5 juta sampai Rp15 juta. Biasanya tergantung nego. Kalau kriterianya mendapatkan nilai tinggi di mata para pria hidung belang, pasti harganya tinggi. Bahkan bisa lebih dari Rp15 juta. Bayaran tinggi juga biasa didapatkan saat nasib mujur melayani tamu pejabat atau pengusaha sukses. Saat mendapat ‘relasi’ pejabat atau pengusaha sukses, keuntungan bisa berlipat. Sering tanpa ML mereka mendapatkan transferan dana dari pejabat tau pengusaha itu. Tapi, mesti siap sewaktu-waktu saat dibutuhkan. “Tapi untung. Saya punya relasi opa-opa pengusaha kaya. Kalau ketemu saja jarang ML karena sudah tua. Tapi selalu dapat duit,” katanya. Setelah main, sekali melayani tamu, mereka harus menyetor minimal 10 persen dari bayaran ke koordinatornya. “Kalau Rp500 ribu paling kurang kasihnya Rp50 ribu.”

Sementara, dari investigasi terhadap beberapa siswi lain diketahui seperti apa modus-modus pertemuan saat akan ML. Mawar (nama samaran, red) mengatakan, untuk bertemu target ia biasanya langsung janjian di hotel. Sang pembeli sudah memesan kamar dan menunggu di hotel. “Kami takut datang sendiri dan mengajak beberapa teman saat akan ML di hotel. Jadi target harus memesan dua kamar. Satu untuk main yang lainnya buat teman-teman menunggu,” terang siswi kelas 1 SMA itu. Modus lain, siswi berseragam janjian menunggu di suatu tempat lalu dijemput pemesan. Itu juga menjadi ajang pameran di etalase, beberapa siswi berdiri bersamaan dan saat menjemput pemesan menentukan siapa yang akan melayaninya. “Kalau ada yang sudah senang dengan salah satu di antara kita sering mereka jadi pelanggan tetap dalam waktu cukup lama,” ungkapnya.

Para germo dan mucikari juga sering menjajakan dagangannya di pusat-pusat perbelanjaan. Saat ada yang memesan, si cewek tinggal disuruh melintas di depan restoran tempat si pemesan menunggu. Kalau OK, langsung janjian menuju hotel. Hasil dari menjual diri itu dipakai untuk hura-hura. Dugem di kelab malam, beli HP baru, makan sampai traktir-traktir teman di pusat-pusat perbelanjaan. Saking laris manisnya Ayam Putih Abu-abu saat ini, banyak juga mahasiswa atau Ayam Kampus yang berpura-pura menjadi siswi SMA. Cukup bermodal seragam SMA saat bertemu target. Namun, di balik itu sekolah para Ayam Putih Abu-abu ini kacau. Beberapa ada yang hamil dan harus berhenti sekolah lalu terpaksa menikah karena kebobolan.

Padahal agar tak hamil ada yang sudah ber-KB. Itu terpaksa dilakukan karena banyak pelanggan yang tak suka pakai kondom. Yang seperti itu tinggal dibicarakan dan pastinya berpengaruh pada harganya. Setelah hamil. Menikahnya dengan pacar mereka yang tak tahu dengan status sampingan si gadis selama ini. Dari sebagian besar sumber Ayam Putih Abu-abu, sebagian besar di antaranya terjerumus karena broken home. Misalnya, keluarga yang tak harmonis atau mendapat didikan yang salah karena ada anggota keluarga duluan menjadi wanita panggilan. Menariknya, banyak juga di antara mereka yang berasal dari orang berduit.

Kenapa sampai terjerumus mereka mengaku ketagihan berhubungan badan. Selain itu supaya bisa dianggap gaul dan tak dikucilkan teman saat tak mau ikut Dugem dan bolos. Dan hal itulah yang biasa menjadi awal lahirnya Ayam Abu-abu baru.(***)

Perlu Pengawasan Bersama
Banyak hal yang menyebabkan seks bebas di kalangan pelajar, termasuk siswi SMA. Namun satu yang pasti, keluarga atau orang tua dianggap gagal membimbing anaknya. Sekolah juga dinilai tak mampu menanamkan nilai-nilai moral terhadap siswanya. Kadis Diknas Sulut Drs Star Wowor MSi angkat bicara mengenai hal ini. Menurutnya ada beberapa poin yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh semua stakeholder pendidikan. “Sebisa mungkin pergerakan siswi diperkecil dengan melakukan Sidak. Kita harus berikan perhatian khusus terhadap hal ini,” kata Wowor kepada wartawan Manado Post, Senin (27/8) kemarin.

Ia menambahkan, guru harus melakukan kajian terhadap dugaan gejala anak-anak saat akan terjerumus. Biasanya terdeteksi dari gaya hidup dan penampilan glamour di sekolah. “Ruang gerak mereka dibatasi, guru juga berkoordinasi dengan orang tua siswa untuk pengawasan,” tuturnya. Ia meminta para guru untuk mengambil tindakan saat mengetahui siswanya menempuh jalan yang salah. Menjual diri demi mendapatkan rupiah untuk memenuhi kebutuhan hura-hura. “Kalau dibiarkan akan berpengaruh pada siswa lain.” Ia mengatakan, para siswa saat ini sedang mencari jati diri sehingga hal menarik dan dianggap ‘gaul’ akan diikuti. “Jika terindikasi ada siswi yang seperti itu lebih baik mengundurkan diri dari sekolah secepatnya. Kalau tidak diberhentikan saja,” tegasnya. Kata Wowor, peran orang tua wajib berperan serta. Tak hanya sekadar mengawasi aktivitas anak, orangtua harus mampu menjaga dan menggiring anak pada aktivitas asmara yang ‘wajar’.

Sebuah ‘Hotline’ Pendidikan Surabaya menyatakan, 45 persen dari siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki pandangan apabila seks bebas dengan orang yang mereka sayangi (pacar) adalah sah-sah saja. Dan setelah melakukan hubungan suami istri dengan pacar siswi bisa dengan mudah terjerumus. Wowor mengatakan, keluarga juga mesti mampu menciptakan ekosistem yang nyaman bagi anak. Memperhatikan perkembangan dan aktivitas anak. Seperti membatasi aktivitas yang berkaitan dengan tontonan, pergaulan dan jejaring sosial. Menurut survei ‘Hotline’ Pendidikan Surabaya dari Sepetember hingga Desember 2011, televisi memiliki pengaruh 52 persen, pengaruh teman sebesar 42 persen, dan jejaring sosial sebanyak 27 persen. Sementara itu, pengamat pendidikan Sulut Dr Max Ruindungan MPd angkat bicara mengenai hal ini. Ia menilai, keadaan anak muda saat ini sedang mengalami pergeseran orientasi nilai hidup dari ideologis spiritual ke materialisme atau pragmatisme. Menurutnya, perlu dilakukan revolusi moral untuk mengendalikan sikap dan karakter anak muda yang semakin materialistik dan pragmatis. “Diperlukan pendekatan baru di dunia pendidikan,” tambahnya.(***)

Pengakuan Ayam Abu-abu Sulut, Sering Dihubungi Pejabat Daerah


 Fenomena Ayam Putih Abu-abu di Sulawesi Utara (Sulut)dari hari ke hari makin menggairahkan. Keseimbangan supply dan demand membuat penyakit masyarakat ini tambah eksis. Para pelanggannya berasal dari berbagai kalangan, bahkan sampai ke jajaran pejabat daerah. Investigasi wartawan Manado Post yang dilakukan Selasa (28/8) terhadap salah sorang Ayam Putih Abu-abu sedikit mengungkap cukup banyak hal. Dari modus-modus transaksi Ayam Putih Abu-abu sampai ke para relasinya.


Melati (nama samaran), siswi kelas 2 di salah satu SMA di kawasan Teling telah duduk manis di salah satu cafe di sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Boulevard. Siswi berparas cantik ini diketahui salah satu Ayam Putih Abu-abu teman sekelasnya, teman salah satu tim investigasi Manado Post. Dari temannya itu diperoleh informasi kalau Melati akan melakukan transaksi terlarang dengan pria hidup belang.



Sore itu, sekira pukul 16.00, dengan rambut hitam indah terurai sebahu dan kulit putih bersinyah, ia duduk sendiri di sudut cafe tersebut. Sesekali ia mengambil HP BlackBerry dari dalam tas, sambil matanya jelalatan kanan kiri. Berjarak sekira 5 meter dari tempat duduknya, wangi parfum Melati sesekali tercium begitu wangi menggoda. Dengan pakaian yang modis dan agak seksi, keberadaannya pun menjadi perhatian siapapun di tempat itu.


Sekira 15 menit kemudian, datang dua sahabatnya, gadis-gadis yang tak kalah cantik dan berpenampilan modis. Ketiganya Cipika Cipiki kegirangan saat bersua. Ternyata mereka kegirangan karena berhasil mencari alasan untuk keluar rumah. Mengelabui orang tua dengan berbagai alasan untuk mencari tamu.


Seperti sempat terekam dari percakapan mereka. Terdengar salah satu di antaranya mengatakan, ia pamit kepada orang tua untuk mengerjakan pekerjaan rumah (PR) di rumah teman. Dari rumah berpakaian apa adanya, lalu berganti baju agak seksi dan berdandan sedikit menor di rumah teman.



Saat ketiganya sedang larut dalam kegirangan, BlackBerry Melati berdering. Ia lalu mengangkatnya sambil menunjukkan layar Ponsel kepada ke dua rekannya. Melati mengangkatnya dengan mode speaker yang diperkecil. Ketiganya saling mendekatkan kuping, sama-sama mendengarkan percakapan Melati dengan si penelepon.


Setelah menutup telepon, ketiganya tampak siaga, agak gelisah seperti menunggu seseorang. Sampai di cafe tersebut masuk tiga orang pria berusia sekira 40-50-an. Kedua pria berpenampilan mentereng itu duduk di meja yang bersebelahan dengan para ABG tadi.

Awalnya, antara ke dua meja bersebelahan itu tampak tak saling kenal.


Namun, lama kelamaan tampak terjadi percakapan dengan bahasa sandi antara Melati dengan salah seorang pria. Melati lebih dulu memberikan sinyal dengan menatap ke arah dua rekannya lalu melihat ke arah si pria. Di samping meja, si pria lalu mengangkat jempol kanan memberikan tanda OK terhadap penampilan para gadis.


Para pria itu tak duduk lama. Hanya memesan minum lalu beranjak sekira 15 menit dari cafe tersebut. Namun, saat akan keluar dan melewati para gadis, sebuah tisu tampak diselipkan salah seorang pria ke meja Melati Cs. Melati lalu membuka tisu itu. Ternyata di dalamnya beberapa lembar uang untuk membayar makan dan minum di cafe. Rekan Melati lalu mengambil tisu itu dan tampak menyalin sebuah nomor Ponsel. Rupanya, si pria meninggalkan memo dan nomor Ponsel di tisu tersebut.



Tak lama berselang, Melati Cs juga beranjak. Namun, ketiganya berjalan terpisah berjarak sekira 5 meter satu sama lain. Rupanya memo itu berisi pesan yang mengatur skenario terlarang mereka. Biasanya, berisi nomor Ponsel atau nama hotel serta nomor kamar yang sudah booking.



Mereka menuju ke tempat parkir pusat perbelanjaan tersebut. Dari kejauhan terlihat ketiganya di jemput tiga mobil berbeda. Tim investigasi lalu bergegas dan berhasil membuntuti dua mobil. Satunya lagi telah lebih dulu menghilang. Tim berpencar, yang satu mengikuti Mobil Toyota Fortuner ke arah Pusat Kota dan mengarah ke Jalan Jenderal Sudirman. Sampai tiba di depan sebuah hotel berbintang di ruas Jalan tersebut, mobil berwarna putih itu banting setir dan masuk ke basement.



Si gadis lalu turun duluan dan langsung masuk lift. Lalu disusul si pria yang tampak tegang dan berjalan penuh rasa khawatir. Keduanya berdiri di depan lift pura-pura tak saling kenal. Sampai lift lalu terbuka dan keduanya masuk menuju kamar hotel.


Dari hasil investigasi tim terhadap para pria hidung belang, diketahui hotel itu memang menjadi tempat favorit. Dari basement yang tersembunyi, tamu langsung ke kamar tanpa terlihat banyak orang di lobi hotel.


Sementara, dari mobil satu lagi yang berhasil dibuntuti, tim mendapatinya menuju sebuah kawasan perumahan elit di Manado. Rumah yang tampak sepi dan tak berpenghuni. Si pria sendiri yang membuka gembok pintu saat tiba di depan ruman. Rupanya, itu rumah sewaan atau memang dibeli dan dipersiapkan untuk bisa enjoy dengan para wanitanya.


Kembali ke hotel, sekira pukul 20.00, si gadis tampak keluar di basement dari hotel tanpa si pria. Ia dijemput sebuah mobil Honda Jazz yang tampak masih baru. Di dalamnya ternyata si
Melati yang membawa mobilnya. Dari sana, mereka menuju ke pusat perbelanjaan tadi.


Masuk ke parkiran pusat perbelanjaan, Melati dan temannya tak turun dari mobil. Mereka menunggu di dalam sampai mobil lain yang membawa teman mereka ke perumahan elit tadi datang. Mobil si pria diparkir tepat di samping Honda Jazz Melati. Rekan Melati lalu turun dari mobil dan berpindah mobil. Tak lama berselang, ke dua mobil itu keluar dan berpisah. Seperti itulah sebagian modus transaksi terlarang Ayam Putih Abu-abu.


Menariknya, dari gambar yang berhasil diambil diam-diam dari ketiga pria tadi, belakangan diketahui mereka adalah pejabat di salah satu kabupaten/kota di Sulut. Itu mungkin sudah biasa. Karena dari sejumlah Ayam Putih Abu-abu yang berasil dimintai keterangan, mereka mengaku memang sering melayani pejabat. Bahkan sampai ke bupati/wali kota.


“Tapi kepala daerah di luar Manado. Jadi kalau tugas luar ke Manado pejabat meminta kami menemani istirahat sejenak mereka di hotel,” katanya. Ia menyebutkan, para pejabat itu terdiri dari para petinggi eksekutif sampai ke legislatif. “Kontraktor, pengusaha tua dan muda semua kami layani juga. Sering pejabat datang bersama mereka,” aku salah satu siswi SMA di Manado. Bahkan, ada yang sudah menjadi langganan tetap dan selalu mengontak Ayam Putih Abu-abu tiap kali ke Manado. 


Dari sekali melayani kelas pejabat tersebut, mereka bisa mendapatkan bayaran mulai dari Rp3 juta sampai Rp15 juta. Tergantung nego dan penampilan si gadis. Kalau di mata pria hidung belang sangat cantik pastinya bayarannya lebih mahal. Tinggi rendahnya bayaran juga tergantung berapa kali main atau lamanya waktu ditemani. Semalam suntuk bisa sampai Rp15 juta.



Sangat disayangkan bila memang pernyataannya soal para pejabat itu benar. Harusnya pejabat yang adalah pengayom masyarakat memberikan teladan yang baik. Bukannya merusak para siswi Ayam Putih abu-abu yang juga genarasi muda harapan bangsa.


Hal itu dibenarkan Wakil Ketua Dewan Kota (Dekot) Bitung Ir Maurits Mantiri. Menurutnya, eksistensi Ayam Putih Abu-abu tak lain karena para pejabat ikut mengkonsumsinya. Karena ketagihan mendapatkan uang banyak, para siswi makin terjerumus ke lembah dosa. “Dan penyakit ini menular ke teman-teman sekolah para siswi itu,” sesal Mantiri kepada wartawan Manado Post, Selasa (28/8) kemarin.


Terkait penyakit sosial itu, psikolog....  mengatakan, masalah prostitusi remaja ini sangat kompleks dan tidak sederhana. Dijelaskannya, secara umum, anak remaja ada dalam fase mencari identitas yang sangat krusial sebagai landasan menuju masa dewasa. “Pada fase ini remaja akan menentukan nilai atau value yg dianut baik moral, religiusitas dan spiritualitas,” katanya.



Ia mengatakan, penting dalam masa itu menanamkan sistem atau moral yang baik dan benar. Ditanamkan orang tua dan sistem pendidikan sejak dini di sekolah. “Bahwa nilai-nilai kesucian, kecantikan pribadi, kejujuran, kerja keras untuk sukses lebih tinggi dan luhur nilainya dari kekayaan, kecantikan fisik atau lahiriah serta kenikmatan sesaat,” tambahnya.(***)